Para lelaki mungkin bisa menunjukkan wajah tangguh kepada semua orang. Namun saat hubungan cinta mereka bermasalah, lelaki muda lebih menderita dibandingkan perempuan.
Pasang surut hubungan cinta, menurut temuan peneliti dari Wake Forest University di North Carolina, mempunyai pengaruh lebih besar terhadap kesehatan mental lelaki dibandingkan perempuan. Temuan ini bertolak belakang dengan keyakinan umum.
Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of Health and Social Behavior ini, peneliti melibatkan lebih dari 1.000 dewasa muda belum menikah berusia antara 18 dan 23. Studi ini, menurut peneliti Profesor Sosiologi Robin Simon, menentang asumsi yang telah lama dipegang teguh bahwa perempuan lebih rentan mengalami pasang surut emosi terkait hubungan.
Meskipun lelaki tangguh kadang-kadang mencoba memperlihatkan muka tangguh, mereka menghadapi efek emosi lebih besar akibat percintaan yang tidak bahagia. Hanya saja, terang Simon, lelaki mengekspresikan kesedihan mereka dengan cara yang berbeda.
"Temuan kami menyoroti kaitan antara hubungan cinta nonpernikahan dan kesehatan emosi di antara lelaki dan perempuan di ambang usia dewasa," tutur Simon, seperti dikutip situs dailymail.co.uk, Rabu (9/6).
"Yang mengejutkan, kami menemukan bahwa lelaki muda lebih reaktif terhadap kualitas hubungan yang sedang berjalan." Artinya, lanjut Simon, stres merugikan dari hubungan yang tidak mulus lebih berkaitan dengan kesehatan mental lelaki dibandingkan perempuan.
Apa pemicunya? Untuk lelaki muda, terang Simon, kekasih mereka seringkali menjadi orang terdekat. Berbeda dengan perempuan muda yang cenderung memiliki hubungan dekat dengan keluarga dan teman-teman.
Pasang surut hubungan cinta, menurut temuan peneliti dari Wake Forest University di North Carolina, mempunyai pengaruh lebih besar terhadap kesehatan mental lelaki dibandingkan perempuan. Temuan ini bertolak belakang dengan keyakinan umum.
Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of Health and Social Behavior ini, peneliti melibatkan lebih dari 1.000 dewasa muda belum menikah berusia antara 18 dan 23. Studi ini, menurut peneliti Profesor Sosiologi Robin Simon, menentang asumsi yang telah lama dipegang teguh bahwa perempuan lebih rentan mengalami pasang surut emosi terkait hubungan.
Meskipun lelaki tangguh kadang-kadang mencoba memperlihatkan muka tangguh, mereka menghadapi efek emosi lebih besar akibat percintaan yang tidak bahagia. Hanya saja, terang Simon, lelaki mengekspresikan kesedihan mereka dengan cara yang berbeda.
"Temuan kami menyoroti kaitan antara hubungan cinta nonpernikahan dan kesehatan emosi di antara lelaki dan perempuan di ambang usia dewasa," tutur Simon, seperti dikutip situs dailymail.co.uk, Rabu (9/6).
"Yang mengejutkan, kami menemukan bahwa lelaki muda lebih reaktif terhadap kualitas hubungan yang sedang berjalan." Artinya, lanjut Simon, stres merugikan dari hubungan yang tidak mulus lebih berkaitan dengan kesehatan mental lelaki dibandingkan perempuan.
Apa pemicunya? Untuk lelaki muda, terang Simon, kekasih mereka seringkali menjadi orang terdekat. Berbeda dengan perempuan muda yang cenderung memiliki hubungan dekat dengan keluarga dan teman-teman.
Selain itu, terang Simon lagi, ketegangan dalam hubungan cinta bisa berkaitan dengan rendahnya kesejahteraan emosional. Pasalnya, ketegangan tersebut mengancam identitas dan harga diri lelaki.
Di samping itu, terang dia, lelaki dan perempuan menunjukkan kesedihan dengan cara berbeda. Perempuan mengekspresikan kesedihan dengan depresi. Sedang lelaki memperlihatkan tekanan emosional dengan masalah substansi.
0 komentar:
Posting Komentar