Kamis, 17 Maret 2011

Teori Gerak Sejarah Oswald Spengler


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajaratun” yang berarti pohon. Kata ini memberikan gambaran pendekatan ilmu sejarah yang lebih analogis karena memberikan gambaran pertumbuhan peradaban manusia dengan “pohon” yang tumbuh dari biji yang kecil menjadi pohon yang rindang dan berkesinambungan. Oleh karena itu, untuk dapat menangkap pelajaran atau pesan-pesan sejarah di dalamnya memerlukan kemampuan pesan-pesan yang tersirat sebagai ibarat atau ibroh di dalamnya.[1]
Menurut Muthahhari, ada tiga cara mendefinisikan sejarah dan ada tiga disiplin kesejarahan yang saling berkaitan, yaitu :
1.      Sejarah tradisional (tarikh naqli) adalah pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini.
2.      Sejarah ilmiah (tarikh ilmy) yaitu pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang diperoleh melalui.pendekatan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau.
3.      Filsafat sejarah (tarikh falsafi) yaitu pengetahuan tentang perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ke tahap lain, ia membahas hukum-hukum yang menguasai perubahan-perubahan ini. Dengan kata lain, ia adalah ilmu tentang menjadi masyarakat, bukan tentang mewujudnya saja.[2]
Pendapat lain tentang sejarah dikemukakan oleh Hugiono dan Poerwantara bahwa dalam penulisan sejarah perlu dibedakan terlebih dahulu antara sejarah dalam kerangka ilmiah, dan sejarah dalam kerangka filosofis.[3]
Dalam makalah ini penulis akan mencoba menguraikan sejarah dari segi filsafat sejarah yang  terfokus pada pemikiran teori gerak sejarah Oswald Spengler.
 
B.     Rumusan Masalah
Adapun didalam pembahasan yang akan didiskusikan agar tidak keluar dan menyimpang dari semua yang tertulis dalam makalah ini, maka perlu adanya rumusan masalah agar makalah lebih sistematis dan terarah.
1.      biografi singkat Oswald Spengler
2.      teori gerak sejarah Oswald Spengler
3.      manfaat mempelajari filsafat sejarah
C.     Tujuan penulisan
Penulisan makalah ini dengan judul “Teori Gerak Sejarah Oswald Spengler” ditulis dengan tujuan:
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat sejarah.
2.      Untuk mengembangkan dan mengamalkan ilmu yang ada..
3.      Selain itu, penulisan makalah ini juga menjadi sarana pengembangan diri untuk kemajuan mahasiswa kedepan.

 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Singkat Oswald Spengler
Oswald Spengler lahir di Blankenburg (Harz) di Jerman Tengah pada tahun 1880, anak tertua dari empat anak, dan satu-satunya anak laki-laki. Ayahnya, yang semula teknisi pertambangan dan berasal dari garis panjang mineworkers, adalah seorang pejabat di pos Jerman birokrasi, dan ia memberikan keluarganya dengan sederhana namun nyaman di rumah kelas menengah.
oswald spengler
Ketika ia berusia sepuluh tahun keluarganya pindah ke kota universitas Halle. Spengler menerima pendidikan Gymnasium klasik, mempelajari bahasa Yunani, Latin, matematika dan ilmu alam. Disini juga ia mengembangkan afinitas kuat untuk seni – khususnya puisi, drama, dan musik.
Spengler pada umur 21 tahun. Spengler mempelajari bidang studi budaya klasik, matematika, dan ilmu-ilmu fisik. Pendidikan universitasnya sebagian besar dibiayai oleh sebuah warisan dari almarhum bibi. Ia gagal dalam ujian pertamanya, tetapi ia lulus di ujian kedua pada tahun 1904 dan kemudian ia menulis disertasi sekunder yang diperlukan untuk memenuhi syarat sebagai guru sekolah tinggi. Kemudian ia pindah ke Düsseldorf dan akhirnya Se Hamburg. Dia mengajar matematika, fisika, sejarah dan sastra jerman.
Dia menetap di Munich, di sana untuk menjalani kehidupan sarjana yang independen / filsuf. Dia mulai menulis sebuah buku pengamatan politik.  Awalnya untuk menjadi berjudul Konservatif dan Liberal, itu direncanakan sebagai sebuah eksposisi dan penjelasan tentang tren saat ini di Eropa – yang mempercepat perlombaan senjata, Entente “pengepungan” di Jerman, sebuah suksesi krisis internasional, meningkatkan polaritas dari bangsa-bangsa – dan mana mereka memimpin. Namun pada akhir 1911 ia tiba-tiba tersentak oleh gagasan bahwa peristiwa hari hanya dapat ditafsirkan dalam “global” dan “total-budaya” istilah. Dia melihat Eropa sebagai berbaris pergi untuk bunuh diri, langkah pertama menuju kematian terakhir budaya Eropa di dunia dan dalam sejarah.
Perang Besar 1914-1918 hanya membenarkan dalam pikirannya keabsahan tesis yang sudah dikembangkan. Pekerjaan yang direncanakannya terus meningkat dalam lingkup yang jauh melampaui batas aslinya.
Pada tahun 1922 Spengler mengeluarkan edisi revisi jilid pertama yang berisi koreksi kecil dan revisi, dan tahun setelah melihat penampilan jilid kedua, dia kemudian puas dengan pekerjaan, dan semua tulisan-tulisan dan pernyataan-pernyataan.
Dengan memnanfaatkan pendekatan physiogmatic, Spengler yakin akan kemampuannya untuk memecahkan teka-teki sejarah.[4]
B.     Teori gerak sejarah Oswald Spengler.
Jiwa dari teori-teori sejarah beranggapan bahwa sejarah itu merupakan suatu gerak yang tumbuh dan berkembang secara evolusi atau perubahan secara alami.[5]
Dalam proses evolusi sejarah, peran manusia sangat menentukan sekali. Bahkan, manusia menjadi inti masalah dari gerak sejarah itu sendiri. Oleh karena manusia eksistensinya begitu kompleks, maka para sejarawan berbeda pendapat dalam menentukan gerak sejarah.
Menurut Ankersmit, umumnya  terdapat  tiga hal yang  menjadi  kajian  filsafat   sejarah  spekulatif,  yaitu pola  gerak  sejarah,  motor  yang menggerakkan proses sejarah, dan tujuan gerak sejarah.[6]
Kini  mari  kita  beralih  pada  uraian  tentang seorang filosof sejarah lain  yaitu Oswald Spengler(meninggal pada  tahun 1936 ). Karya Oswald Spengler yang berpengaruh adalah Der Untergang des Abendlandes (Decline of the West) atau Keruntuhan Dunia Barat/Eropa. Spengler meramalkan keruntuhan Eropa. Ramalan itu didasarkan atas keyakinan bahwa gerak sejarah ditentukan oleh hukum alam. Dalil Spengler ialah bahwa kehidupan sebuah kebudayaan dalam segalanya sama dengan kehidupan tumbuhan, hewan, manusia dan alam semesta. Persamaan itu berdasarkan kehidupan yang dikuasai oleh hukum siklus sebagai wujud dari fatum. Hukum itu tampak pada siklus:
No
Alam
Manusia
Tumbuhan
Hari
Kebudayaan
1
Musim semi
Masa pemuda
Masa pertumbuhan
Pagi
Pertumbuhan
2
Musim panas
Masa dewasa
Masa berkembang
Siang
Perkambangan
3
Musim rontok
Masa puncak
Masa berbuah
Sore
Kejayaan
4
Musim dingin
Masa tua
Masa rontok
Malam
Keruntuhan
Tiap-tiap masa pasti datang menurut waktunya, itulah keharusn alam yang mesti terjadi. Seperti halnya historical materialism, paham Spengler tentang kebudayaan pasti runtuh apabila sudah melewati puncak kebesarannya. Oleh sebab itu keruntuhan suatu kebudayaan dapat diramalkan terlebih dahulu menurut perhitungan. Suatu kebudayaan mendekati keruntuhan apabila kultur sudah menjadi Civilization (kebudayaan yang sudah tidak dapat tumbuh lagi). Apabila kultur sudah kehilangan jiwanya, maka daya cipta dan gerak sejarah akan membeku.
Gerak sejarah tidak bertujuan sesuatu kecuali melahirkan, membesarkan, mengembangkan, meruntuhkan kebudayaan. Spengler menyelidikinkebudayaan Barat dan setelah membandingkan kebudayaan Barat dengan sejarah kebudayaan-kebudayaan yang sudah tenggelam, ia berkesimpilan:
a.       Kebudayaan Barat sampai pada masa tua (musim dingin), yaitu civilization
b.      Sesudah civilization itu kebudayaan Barat pasti akan runtuh
c.       Manusia Barat harus dengan bersikap berani menghadapi keruntuhan itu
d.      Mempelajari sejarah tujuannya ialah untuk mengetahui suatu kebudayaan didiagnose seperti seorang dokter menentukan penyakit si penderita. Nasib kebudayaan dapat diramalkan, sehingga untuk seterusnya kebudayaan itu dapat menentukan sikap hidupnya.
C.     Manfaat Mempelajari Filsafat Sejarah.
Diantara manfaat-manfaat mempelajari filsafat sejarah adalah sebagai berikut:
1.      Ahli filsafat memberikan pertimbangan untuk menjadi seorang sejarawan yang ulung, tidak mutlak perlu memiliki pengetahuan filsafat sejarah. Karena banyak sejarawan ulung tak pernah menekuni masalah-masalah filsafat sejarah. Tetapi yang ditawarkan oleh seorang ahli filsafat bagi sejarawan adalah dapat mempertajam kepekaan kritis seoran peneliti sejarah. Setiap orang mungkin merasa kecewa dan bertanya lalu apa manfaatnya penelitian seperti dilakukan oleh filsafat sejarah. Bila seorang filsuf sejarah tidak dapat memberikan sumbangan pikiran yang membantu seorang ahli sejarah agar dapat melangkah dari bahan sumber-sumber sejarah menuju sebuah monografi, dan
2.      Dengan dilatarbelakangi filsafat sejarah seorang peneliti sejarah lebih mampu mengadakan suatu penilaian pribadi menganai keadaan pengkajian sejarah pada suatu saat tertentu. Bahkan sekedar pangetahuan mengenai filsafat sejarah mutlak perlu,agar dapat mengapresiasi pengkajian sejarah masa kini dengan memuaskan. Dalam pemgkajian sejarah terdapat banyak aliran yang oleh pendukungnya masing-masing diiklankan dengan ramai, sehungga perlu diadakan suatu pilihan. Disini pun pengetahuan mengenai filsafat sejarah ada manfaatnya.setiap ahli sejarah yang dengan sungguh-sungguh menekuni profesinya, mau tidak mau menganut beberapa oemdapat yang berakar pada filsafat sejarah.
3.      Para peneliti sejarah sendiri, kalau hanya mengandalkan intuisinya, kadang-kadang sampai pada kesimpulan-kesimpulan mengenai bidang penelitianya yang sukar dapat di pertahankan
4.      Filsafat sejarah tidak mengajarkan bagaimana pengkajian sejarah harus dilakukan. Akan tetapi, filsafat sejarah dapat menawarkan pengertian mengenai untung ruginya berbagai pendekatan terhadap masa silam dan menjadikan kita waspada terhadap pendapat-pendapat keliru mengenai tugas dan tujuan pengkajian sejarah. Tujuan filsafat sejarah diatas telah dijelaskan bahwa filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang ingin menyelidiki sebab-sebab terakhir dari suatu peristiwa serta ingin memberikan jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Walaupun batasan atau pengertian filsafat sejarah agak luas namun sudah menjadi ciri manusia.yang berfikir bahwa ia hendak menyusun pengetahuannya sedemikian rupa, sehingga pengetahuan itu dapat tercakup oleh satu atau dua asas pokok yang prinsip.
Demikian pula halnya disini, dalam usaha merumuskan tujuan filsafat sejarah. Hal ini sangat penting karena dalam rangka studi untuk mendalami filsafat sejarah perlu diketahui apa sebenarnya tujuan utamanya?
Dibawah ini akan diberikan gambaran secara detail, yaitu:
a)      Untuk menyelidiki sebab–sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat           diungkapkan hakekat dan makna yang terdalam tentang peristiwa sejarah.
b)      Untuk Memberikan jawaban atas pertanyaan” kemanakah arah sejarah” serta menyelidiki semua sebab timbulnya perkembangan segala sesuatu yang ada.
c)      Melalui studi mendalam tentang filsafat sejarah, dapat membentuk seseorang memiliki vision atau wawasan dan pandangan yang luas.
d)     Studi filsafat sejarah dapat menjadikan seseorang berfikir analitis kronologis serta arif dan bijaksana atau wisdom.
e)      Filsafat sejarah bertujuan membentuk dan menyusun isi, hakekat serta menberi makna dari pada sejarah menyusun suatu pandangan dunia untuk filsafat sejarah serta pandangan berwawasan nasional untuk filsafat sejarah nasional Indonesia Ruang lingkup Sejarah Filsafat Perkembangan ruang pemikiran filsafat mempunyai hubungan yang sangat erat dengan alam sekitar dan lingkungan.[7]



BAB III
PENUTUP

Simpulan
Oswald Spengler menjadi terkenal, karena buku yang dittulisnya sangat berpengaruh terhadap jalan pikiran terutama para cendekiawan-cendekiewan Eropa dan Amerika, buku yang ditulinya berjudul “ Der Untergang Des Abenlandes “ atau Decline Of The West yang artinya runtuhnya dunia barat. Didalam tulisanya itu Oswald Spengler berperan seolah-olah sebagai ahli nujum yang dapat meramalkan runtuhnya Eropa.
Ramalan Oswald Spengler tersebut berdasarkan atas keyakinan bahwa gerak sejarah itu ditentukan dengan nasib. Untuk mengupas gerak sejarah itu Oswald Spengler mengemukakan sebuah teori yang pada intinya dengan teorinya itu Oswald Spengler berpendapat bahwa sebuah kehidupan suatu kebudayaan sama saja dengan peri kehidupan manusia.
Timbullah persamaan itu disebabkan karena baik kebudayaan maupun kehidupan manusia dikuasai oleh hokum siklus. Sejarah manusia adalah catatan siklus naik-turun tidak berkaitan Budaya Tinggi. Budaya ini dalam realitas kehidupan super-bentuk, yaitu, mereka organik di alam, dan seperti semua organisme harus melewati fase lahir-hidup-mati
.

 DAFTAR PUSTAKA

http://aton29.wordpress.com
Suryanegara, Ahmad Mansur 1995, Menemukan Sejarah, Bandung: Mizan.
Ankersmit, F.R 1987, Refleksi  tentang  Sejarah;  Pendapat-pendapat  Modern  tentang  Filsafat Sejarah, Jakarta: Gramedia.
Poerwantara dan Hugiono 1992, Pengantar Ilmu Sejarah, Semarang: Rineka Cipta.
R.Moh.Ali 1963, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, Jakarta: Bhrata.
Muthahhari, Murthada 1984, Perspektif al-Qur’an tentang Manusia dan Agama, Bandung: Mizan.





               TEORI GERAK SEJARAH OSWALD SPENGLER

                                                       ”MAKALAH”

                                    Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
                                                    " Filsafat Sejarah "
 


             oleh: 
Miftachul Huda         :  A02208008

 Dosen Pembimbing: 
Dr. Ahwan Mukarrom, MA



FAKULTAS ADAB
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2010


[1] Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah (Bandung: Mizan, 1995), hal. 20.
[2] Murthada Muthahhari, Perspektif al-Qur’an tentang Manusia dan Agama (Bandung: Mizan, 1984), hal. 65-67.
[3] Hugiono dan Poerwantara, Pengantar Ilmu Sejarah (Semarang: Rineka Cipta, 1992), hal. 4.
[4] http://aton29.wordpress.com
[5] Ibid, hal 47
[6] F.R. Ankersmit, Refleksi  tentang  Sejarah;  Pendapat-pendapat  Modern  tentang  Filsafat Sejarah(Jakarta: Gramedia, 1987)
[7] Moh.Ali.R.,Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia.(Bhrata:Jakarta, 1963)hal.44

0 komentar:

Posting Komentar