Selasa, 10 Mei 2011

Sejarah Lahir dan Berkembangnya Gerakan Perempuan di Dunia

Awal Gerakan Perempuan di Dunia

Kami tidak meminta untuk diistimewakan atau berusaha merebut kekuasaan tertentu. Yang sebenarnya kami inginkan adalah sederhana, bahwa, mereka mengangkat kaki mereka dari tubuh kami dan membiarkan kami berdiri tegap sama seperti manusia lainnya yang diciptakan Tuhan (Sarah Grimke, 1837)
Awal gerakan perempuan di dunia tercatat di tahun 1800-an . Ketika itu para perempuan menganggap ketertinggalan mereka disebabkan oleh kebanyakan perempuan masih buta huruf, miskin dan tidak memiliki keahlian. Karenanya gerakan perempuan awal ini lebih mengedepankan perubahan sistem sosial dimana perempuan diperbolehkan ikut memilih dalam pemilu. Tokoh-tokoh perempuan ketika itu antara lain Susan B. Anthony, Elizabeth Cady Stanton dan Marry Wollstonecraft. Bertahun-tahun mereka berjuang, turun jalan dan 200 aktivis perempuan sempat ditahan, ketika itu.
Seratus tahun kemudian, perempuan-perempuan kelas menengah abad industrialisasi mulai menyadari kurangnya peran mereka di masyarakat. Mereka mulai keluar rumah dan mengamati banyaknya ketimpangan sosial dengan korban para perempuan. Pada saat itu benbih-benih feminsime mulai muncul, meski dibutuhkan seratus tahun lagi untuk menghadirkan seorang feminis yang dapat menulis secara teorityis tentang persoalan perempuan. Adalah Simone de Beauvoir, seorang filsuf Perancis yang menghasilkan karya pertama berjudul The Second Sex. Dua puluh tahun setelah kemunculan buku itu, pergerakan perempuan barat mengalami kemajuan yang pesat. Persoalan ketidakadilan seperti upah yang tidak adil, cuti haid, aborsi hingga kekerasan mulai didiskusikan secara terbuka. Pergerakan perempuan baik di tahun 1800-an maupun 1970-an telah membawa dampak luar biasa dalam kehidupan sehari-hari perempuan. Tetapi bukan berarti perjuangan perempuan berhenti sampai di situ. Wacana-wacana baru terus bermunculan hingga kini. Perjuangan perempuan adalah perjuangan tersulit dan terlama, berbeda dengan perjuangan kemerdekaan atau rasial. Musuh perempuan seringkali tidak berbentuk dan bersembunyi dalam kamar-kamar pribadi. Karenya perjuangan kesetraan perempuan tetap akan bergulir sampai kami berdiri tegap seperti manusia lainnya yang diciptakan Tuhan.
Aliran-Aliran Gerakan Perempuan
Gerakan perempuan tidak pernah mengalami keseragaman di muka bumi ini. Antara satu negara dan satu budaya dengan negara dan budaya lain, memiliki pola yang kadang berbeda, bahkan ambivalen. Feminisme sebagai sebuah isme dalam perjuangan gerakan perempuan juga mengalami interpretasi dan penekanan yang berbeda di beberapa tempat.
Ide atau gagasan para feminis yang berbeda di tiap negara ini misalnya tampak pada para feminis Itali yang justru memutuskan diri untuk menjadi oposan dari pendefinisian kata feminsime yang berkembang di barat pada umumnya. Mereka tidak terlalu setuju dengan konsep yang mengatakan bahwa dengan membuka akses seluas-luasnya bagi perempuan di ranah publik, akan berdampak timbulnya kesetaraan. Para feminis Itali lebih banyak menyupayakan pelayanan-pelayanan sosialdan hak-hak perempuan sebagai ibu, istri dan pekerja. Mereka memiliki UDI (Unione DonneItaliane) yang setara dan sebesar NOW (National Organization for Women) di Amerika Serikat. Pola penekanan perjuangan feminis Itali ini mengingatkan kita pada gaya perjuangan perempuan di banom-banom NU di Indonesia.
Hal yang sedikit berbeda terjadi di Perancis. Umumnya feminis di sana menolak dijuluki sebagai feminis. Para perempuan yang tergabung dalam Mouvment de liberation des femmes ini lebih berbasis pada psikoanalisa dan kritik sosial. Di Inggris pun tokoh-tokoh seperti Juliat Mitcell dan Ann Oakley termasuk menentang klaim-klaim biologis yang dilontarkan para feminis radikal dan liberal yang menjadi tren di tahun 60-an. Bagi mereka, yang bisa menjadi pemersatu kaum perempuan adalah konstruksi sosial bukan semata kodrat biologinya. Di dunia Arab, istilah feminisme dan feminis tertolak lebih karena faktor image barat yang melekat pada istilah tersebut. Pejuang feminis di sana menyiasati masalah ini dengan menggunakan istilah yang lebih Arab atau Islam seperti Nisa’i atau Nisaism.
Meski kemudian definisi feminisme banyak mengalami pergeseran, namun rata-rata feminis tetap melihat bahwa setiap konsep, entah itu dari kubu liberal, radikal maupun sosialis tetap beraliansi secara subordinat terhadap ideologi politik tertentu. Dan konflik yang terjadi di antara feminis itu sendiri sering disebabkan diksi politik konvensional melawan yang moderat. Misalnya konsep otonomi dari kubu feminis radikal berkaitan dengan gerakan antikolonial, sementara kubu feminis liberal menekankan pada pentingnya memperjuangkan kesetaraan hak-hak perempuan dalam kerangka bermasyarakat dan berpolitik yang plural. Inilah mengapa feminis selalu bercampur dengan tradisi politik yang dominan di suatu masa.
Hingga bila dipilah-pilah berdasarkan tradisi politik yang berkembang, maka aliran-aliran dalam femninisme dapat dibedakan ke dalam kubu-kubu sebagai berikut.
1. Feminisme radikal
2. Feminisme liberal.
(Keduanya lebih mengedepankan klaim-klaim biologis, dan dikenal sebagai kelompok feminis-ideologis).
3. Feminisme sosialis atau feminisme Marxis: perempuan lebih dipandang dari sudut teori kelas, sebagai kelas masyarakat yang tertindas.
4. Feminisme ras atau feminisme etnis: yang lebih mengedepankan persoalan pembedaan perlakuan terhadap perempuan kulit berwarna.
Di luar kecenderungan tradisi politik di atas, berkembang pula ragam feminisme karena pendekatan teori dan kecenderungan kelompok sosial tertentu, seperti:
5. Feminisme psikoanalisis, dan
6. Feminisme lesbian.
Dari semua aliran yang ada di atas, masih berpotensi untuk berkembang menjadi beberapa beberapa sempalan aliran lain, dan seperti yang telah diungkapkan di atas, wacana feminisme dan gerakan perempuan akan terus berkembang seiring dengan ragam perkembangan kelas masyarakat yang memperjuangkannya, kecenderungan kondisi sosial politik, serta kepentingan yang membingkai perjuangan tersebut.
Namun ada dua kategori kecenderungan besar yang dapat disebutkan dan cukup dikenal dan berpengaruh hingga sekarang, yakni: fenimisme ortodoks dan postfeminisme.
A. Feminisme ortodoks
Atau dikenal sebagai feminisme gelombang kedua, berkarakter sangat fanatik dan ortodoks dengan penjelasan-penjelasan wacana patriarkhal. Kaum feminis garis keras ini begitu yakin bahwa segala sesuatu yang menyusahkan dan menindas perempuan berhubungan dengan patrarkhal, hingga segala argumen hanya bertumpu pada penjelasan patrarkhal. Camille Paglia seorang profesor studi kemanusiaan dari Universitas Philadelphia mengkritik sikap feminis ortodoks sebagai kelompok yang selalu menganggap perempuan sebagai korban.
Bagi kalangan feminis ortodoks feminisme diartikan sebagai identifikasi dengan keinginan kesetaraan gender lewat perjuangan historis yang dicapai dengan advokasi melalui kegiatan politik. Feminisme memperlihatkan adanya perbedaan antara femnin dan maskulin yang dikonstruksikan secara sosial dan budaya. Sedangkan jantan (male) dan betina (female) merupakan aspek biologis yang menentukan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Perbedaan linguistik ini bagi feminis ortodoks dianggap sebagai sesuatu yang ideologis. Sedangkan bagi kalangan postfeminisme dianggap sebagai masalah.
Contoh dalam penanganan kasus pemerkosaan atau kekerasan terhadap perempuan misalnya, mereka akan mengandalkan argumen-argumen kelemahan perempuan, korban yang harus selalu duilindungi dan selalu mengalami ketidakadilan dari masyarakat yang patriarkhal. Argumen semacam ini terkesan manipulatif dan tidak bertanggung jawab.
Kalangan ini banyak diwakili oleh femnistes revolusionares (FR) yang berdiri sejak tahun 1970 yang merupakan bagian dari Movement de Libaration des Femmes (MLF) atau gerakan pembebasan perempuan. Kelompok FR ini tidak menggunakan pendekatan psikoanalisa dan sangat mengagungkan kesetaraan serta rata-rata didukung kalangan lesbian.
Teori dasar kelompok FR adalah menentang determinisme biologis, yaitu perempuan tersubordinasi dengan norma-norma maskulin, karena haluan ini (determinsime biologis) menurut mereka merujuk pada pandangan tradisional esensialisme. Teori ini (tradisonal esensial) menekankan bahwa perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan adalah fixed atau kodrat yang tidak dapat berubah. Sementara menurut FR perbedaan terjadi karena masyarakat patriarkhi menganggap perempuan sebagai “the other” dalam tataran biologis dan psikis.
B. Postfemnisme
Kecenderungan feminisme ortodoks yang selalu melihat perempuan sebagai makhluk lemah tak berdaya dan korban laki-laki ini, tidak dapat diterima oleh perempuan-perempuan muda tahun 1900-an dan 2000 di beberapa negara maju. Retorika feminisme yang melekat pada “ibu-ibu” mereka terutama di tahun 70-an di daratan Amerika dan Inggris telah membuat generasi kuda “bosan” dengan femnisme. Feminisme sekan menjadi ukuran moralistik dan politik seseorang dan menjadi pergerakan kaum histeris, serta sangat mudah untuk menuduh dan melabeling seseorang dengan atribut “tidak femnis”. Kelompok inilah yang kemudian memperjuangkan postfeminisme.
Bahkan embrio kelompok ini sudah mulai muncul di tahun 1968 di Paris, tepatnya ketika mereka (kelompok anggota po et psych/ politique et psychoanalyse) turun ke jalan pada Hari Perempuan tanggal 8 Maret 1968 dan meneriakkan : Down with feminism. Sejak tahun 1960 kelompok postfeminis ini telah berusaha mendekonstruksi wacana pastriarkhal terutama wacana yang dikembangkan oleh feministes revolutionnaires (FR).
Bagi kelompok po et psych, posisi FR yang memakai semangat humanisme, jatuh lagi pada esensialisme yang mempunyai kategori fixed. Oleh karenanya po et psych mengadopsi teori psikoanalisa Freud yang mencoba menggunakan metode dekonstruksi dalam melihat teks-teks ketertindasan perempuan. Selain itu kelompok ini tidak menekankan pada kesetaraan (equality) seperti kelompok FR, yaitu identitas dan gender, tetapi lebih menekankan pada perbedaan (diffrence). Di sini dapat dipahami bila postfeminisme membawa paradigma baru dalam feminisme, dari perdebetan seputar kesetaraan ke perdebatan seputar perbedaan.
Bagaimana perkembangan aliran feminisme di Indonesia? Dapat dikatakan Indoensia masih mengalami euforia feminisme. Dan seperti euforia lainnya, terkesan masih norak dengan situasi yang baru, Feminis di Indonesia masih cenderung reaktif seperti feminis di barat di era 60-an dan 70-an.
Gerakan Perempuan Di Indonesia
Ketika masa prakemerdekaan, gerakan perempuan di Indonesia ditandai dengan munculnya beberapa tokoh perempuan yang rata-rata berasal dari kalangan atas, seperti: Kartini, Dewi Sartika, Cut Nya’ Dien dan lain-lain. Mereka berjuang mereaksi kondisi perempuan di lingkungannya. Perlu dipahami bila model gerakan Dewi Sartika dan Kartini lebih ke pendidikan dan itu pun baru upaya melek huruf dan mempersiapkan perempuan sebagai calon ibu yang terampil, karena baru sebatas itulah yang memungkinkan untuk dilakukan di masa itu. Sementara Cut Nya’ Dien yang hidup di lingkungan yang tidak sepatriarkhi Jawa, telah menunjukkan kesetaraan dalam perjuangan fisik tanpa batasan gender. Apapun, mereka adalah peletak dasar perjuangan perempuan kini.
Di masa kemerdekaan dan masa Orde Lama, gerakan perempuan terbilang cukup dinamis dan memiliki bergaining cukup tinggi. Dan kondisi semacam ini mulai tumbang sejak Orde Baru berkuasa. Bahkan mungkin perlu dipertanyakan: adakah gerakan perempuan di masa rejim orde baru? Bila mengunakan definisi tradisonal di mana gerakan perempuan diharuskan berbasis massa, maka sulit dikatakan ada gerakan perempuan ketika itu. Apalagi bila definisi tradisonal ini dikaitkan dengan batasan a la Alvarez yang memandang gerakan perempuan sebagai sebagai sebuah gerakan sosial dan politik dengan anggota sebagian besar perempuan yang memperjuangkan keadilan gender. Dan Alvarez tidak mengikutkan organisasi perempuan milik pemerintah atau organisasi perempuan milik parpol serta organisasi perempuan di bawah payung organisasi lain dalam definisinya ini.
Namun definisi baru gerakan perempuan tidak seketat ini, hingga dapat disimpulkan di masa Orba pun telah muncul gerakan perempuan. Salah satu buktinya adalah munculnya diskursus seputar penggunaan istilah perempuan untuk menggantikan istilah wanita.
Gerakan perempuan di masa rejim otoriter Orba muncul sebagai hasil dari interaksi antara faktor-faktor politik makro dan mikro. Faktor-faktor politik makro berhubungan dengan politik gender orba dan proses demokratisasi yang semakin menguat di akhir tahun 80-an. Sedangkan faktor politik mikro berkaitan dengan wacana tentang perempuan yang mengkerangkakan perspektif gerakan perempuan masa pemerintahan Orba. Wacana-wacana ini termasuk pendekatan Women in Devolopment (WID) yang telah mendominasi politik gender Orba sejak tahun 70-am, juga wacana femnisme yang dikenal oleh kalangan terbatas (kampus/akademinis) dan ornop.
Politik Gender dari Rezim Orba
Sebagaimana negara-negara berkembang lainnya, pemerintahan Orba diidentikkan dengan peratutaran yang otoriter yang tersentralisasi dari militer dan tidak dikutsertakannya partisipasi efektif partai-partai politik dalam proses pembuatan keputusan. Anders Uhlin berpendapat bahwa selain dominasi negara atas masyarakat sipil, struktur ekonomi dan politik global, struktur kelas, pembelahan atas dasar etnis dan agama, maka hubungan gender juga mendukung kelanggengan kekuasaan rejim Orba.
Untuk memahami politik gender ini sangat penting, menganalisis bagaimana rejim Orba ini berhubungan dengan hubungan-hubungan gender sejak ia berkuasa setelah persitiwa 1965. Rejim Orba di bangun di atas kemampuannya untuk memulihkan ketaraturan . Pembunuhan besar-besaran berskala luas yang muncul digunakan untuk memperkuat kesan di masyarakat Indonesia bahwa Orla adalah kacau balau dan tak beraturan. Rejim Orba secara terus-menerus dan sistemis mempropagandakan komunis adalah amoral dan anti agama serta penyebab kekacauan.
Seterusnya Gerwani sebagai bagian dari PKI juga menjadi alat untuk menciptakan pondasi politik gender yang secara mendasar mendelegitimasi partisipasi perempuan dalam kegiatan-kegiatan politik. Kampanye ini ternyata tidak hanya menghancurkan komunis, tetapi juga menghancurkan gerakan perempuan. Kodrat menjadi kata kunci, khususnya dalam mensubordinasi perempuan. Orba mengkonstruksikan sebuah ideologi gender yang mendasarkan diri pada ibusime, sebuah paham yang melihat kegiatan ekonomi perempuan sebagai bagian dari peranannya sebagai ibu dan partisipasi perempuan dalam politik sebagai tak layak. Politik gender ini termasnifestasikan dalam dokumen-dokumen negara, seperti GBHN, UU Perkawinana No. 1/1974 dan Panca Dharma Wanita.
Dalam usaha untuk memperkuat politik gender tersebut, pemerintah Orba merevitalisasi dan mengelompokkan organisasi-organisasi perempuan yang berafiliasi dengan departemen pemerintah pada tahun 1974. Organisasi-organisasi ini (Dharma Wanita, Dharma Pertiwi dan PKK) membantu pemerintah menyebarluaskan ideologi gender ala Orba. Gender politik ini telah diwarnai pendekatan WID sejak tahun 70-an. Ini dapat dilihat pada Repelita kedua yang menekankan pada “partisipasi populer” dalam pembanguan, dan mengkonsentrasikan pada membawa perempuan supaya lebih terlibat pada proses pembangunan.
Di bawah rejim otorioter, implikasi politik gender ini ternyata sangat jauh, tidak sekedar mendomestikasi perempuan, pemisahan dan depolitisasi perempuan, tetapi juga telah menggunakan tubuh perempuan sebagai instrumen-instrumen untuk tujuan ekonomi politik. Ini nampak pada program KB yang dipaksanakan untuk “hanya” perempuan dengan ongkos yang tinggi, yang khususnya dirasakan oleh perempuan kalangan bawah di pedesaan. Ringkasnya politik gender Orba telah berhasil membawa perempuan Indonesia sebagai kelompok yang homogen apolitis dan mendukung peraturan otiritarian.
Gerakan Perempuan Masa Reformasi
Bila sistem pemerintahan yang semakin demokratis dianggap paling kondusif bagi pemberdayaan perempuan, maka di era reformasi ini semestinya pemberdayaan perempuan di Indonesia semakin menemukan bentuknya. Bila ukuran telah berdayanya perempuan di Indonesia dilihat dari kuantitas peran di sejumlah jabatan strategis, baik di eksekutif, legislatif maupun yudikatif, jsutru ada penurunan di banidng masa-masa akhir rejim orba. Namun, secara kualitatif, peran perempuan itu semakin diperhitungkan juga di pos-pos strategis, seperti yang tampak pada komposisi kabinet kita sekarang. Ini dapat digunakan untuk menjustifikasi, bahwa mungkin saja kualitas perempuan Indonesia semakin terperbaiki.
Hanya saja harus tetap diakui bahwa angka-angka peranan perempuan di sektor strategis tersebut tidak secara otomatis menggambarkan kondisi perempuan di seluruh tanah air. Bukti nyata adalah angka kekerasan terhadap perempuan masih sangat tinggi. Bila pada jaman lampau kekerasan masih berbasis kepatuhan dan dominasi oleh pihak yang lebih berkuasa dalam struktur negara dan budaya (termasuk dalam rumah tangga), maka kini diperlengkap dengan basis industrialisasi yang mensuport perempuan menjadi semacam komoditas.
Source: http://www.averroes.or.id/thought/sejarah-gerakan-perempuan.html

Mantan Wali Kota Shenzhen Divonis Mati

BEIJING, KOMPAS.com - Mantan Wali Kota Shenzhen pada Senin (9/5) dijatuhi hukuman mati karena telah menerima sogokan. Kasus ini dinilai sangat mencoreng citra Shenzhen sebagai salah satu zona ekonomi yang paling berkembang di China selatan.
Pengadilan di Provinsi Henan memvonis hukuman mati kepada Xu Zonghen karena telah menerima sogokan lebih dari 33 juta yuan atau sekitar 4 juta dollar AS. Xu merupakan salah satu pejabat paling senior di China yang dihukum setelah sebelumnya pemimpin Partai Komunis China di Shanghai, Chen Liangyu, dipenjara karena korupsi pada tahun 2008.
Selain dijatuhi hukuman mati, harta milik mantan wali kota itu juga disita. Pengadilan juga memerintahkan agar hak-hak Xu sebagai pejabat dicabut.
Xu (56) diberhentikan dari jabatannya sebagai Wali Kota Shenzhen pada Juni 2009, dengan alasan melanggar disiplin. Pada tahun itu juga Xu, yang tadinya teknisi mobil itu, dijebloskan ke penjara.
Dia akhirnya diketahui menerima sogokan setelah pemerintah pusat gencar melaksanakan pemeriksaan untuk mengetahui siapa saja yang telah menerima hadiah di Shenzhen. Shenzhen hanya sepelemparan batu jaraknya dari Hongkong.
Pengadilan juga menyatakan Xu telah menyalahgunakan kekuasaannya. Dia juga mencari keuntungan sendiri dengan membantu sembilan perusahaan atau perorangan yang hendak membangun kota, memenangkan proyek bagi orang tertentu, atau menerima sogokan dari pejabat yang hendak dipromosikan.
Hukuman mati ini sebelumnya sempat ditunda hingga dua tahun karena Xu mengakui kesalahannya.
Xu diketahui mendapatkan sogokan dari perusahaan pemasok material untuk bangunan dan para pejabatnya antara tahun 2001 dan 2009. Ketika itu dia belum menjabat wali kota, tetapi masih menjadi salah satu pejabat tinggi di Shenzhen. Rupanya setelah dia menjadi wali kota pada tahun 2005, sogokan terus mengalir memenuhi kantongnya.
Perangi korupsi
Satu generasi yang lalu Shenzhen merupakan desa nelayan kumuh. Dalam 30 tahun terakhir kawasan itu berkembang menjadi kota metropolitan dengan penduduk 11 juta jiwa. Shenzhen juga bertumbuh menjadi salah satu zona ekonomi khusus dan merupakan model pembangunan China yang bertumpu pada manufaktur. Akan tetapi, kasus korupsi telah mencerminkan sisi suram dari reformasi yang dijalankan China.
Presiden China Hu Jintao dan para pejabat tinggi pemerintah lainnya berulang kali menyebutkan bahwa korupsi yang menjadi endemi di China merupakan ancaman bagi legitimasi Partai Komunis.
Partai Komunis China berulang kali berupaya memerangi korupsi. Berkembangnya perekonomian telah membuat para pejabat berkesempatan menggunakan kekuasaan mereka untuk memperkaya diri sendiri.
Akan tetapi, ada kritikan bahwa upaya membasmi korupsi di China juga terjegal dengan kurang independennya lembaga peradilan. Pemberantasan korupsi di China, khususnya di Provinsi Guangdong, dilihat oleh para analis sebagai salah satu upaya Beijing memperkuat kontrolnya di kawasan ekonomi di bagian selatan China.

"LALU BAGAIMANA DENGAN PARA KORUPTOR DI INDONESIA!!!!!!"

Jumat, 06 Mei 2011

Mencegah dan Mengatasi Kanker Payudara Secara Alamiah

Kanker atau tumor merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sekelompok sel tubuh yang abnormal dan tidak terkendali, umumnya membentuk benjolan. Tumor dapat bersifat jinak (benigna) atau ganas (maligna). Tumor ganas disebut juga kanker, sel-sel kanker ini menyebar melalui aliran darah dan getah bening ke bagian-bagian lain dari tubuh, sehingga dapat tumbuh kanker baru di tempat lain. Sel tumor jinak tumbuhnya lambat dan tidak menyebar ke bagian lain tubuh. Secara umum kanker dapat menyerang hampir setiap bagian tubuh manusia, diantara kemungkinan besar terkena kanker, salah satunya adalah payudara.

Frekuensi kanker payudara relatif tinggi sehingga menimbulkan masalah dalam kesehatan terutama bagi kaum wanita. Frekuensi kanker payudara di negara maju merupakan yang terbanyak (urutan 1), sedang di Indonesia kanker ini berada pada urutan ke dua setelah kanker leher rahim (karsinoma serviks uteri).

Kanker payudara/buah dada terutama lebih sering terjadi pada wanita yang berusia di atas 40 tahun. Tumor payudara dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor yang bersifat jinak misalnya seperti fibroadenoma, sedangkan yang ganas merupakan karsinoma. Kanker payudara terbagi dalam beberapa stadium, yaitu stadium dini (0, I, II), stadium lanjut (III, IV). Kanker payudara terbanyak menyerang buah dada sebelah kiri daripada sebelah kanan, dan lebih sering pada bagian atas.

Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti, tetapi sebagai faktor yang memegang peranan dalam proses kejadian tumor adalah hormon estrogen, Wanita yang termasuk golongan risiko tinggi terkena kanker payudara yaitu :

memiliki keluarga yang menderita kanker payudara,
Wanita yang belum pernah hamil dan melahirkan, tidak menyusui
Kehamilan pertama terjadi setelah berumur 35 tahun
Siklus menstruasi yang panjang (mendapat haid pertama kurang dari 12 tahun dan menopause lebih dari umur 50 tahun).
Pernah mendapat terapi hormon dalam jangka panjang
Pernah mendapat radiasi pada payudara
Obesitas
Wanita yang sebelumnya pernah menderita karsinoma pada salah satu payudara
Penderita tumor jinak payudara, kanker endometrial, dan kanker ovarium
Gejala-gejala kemungkinan terkena kanker payudara antara lain :
adanya benjolan atau masa pada payudara yang dapat diraba
perubahan ukuran, dan bentuk payudara dari sebelumnya
adanya ulkus/luka pada payudara
adanya cairan (darah, nanah) yang keluar dari puting susu
perubahan pada puting susu, seperti gatal, seperti terbakar, adanya erosi, dan retraksi (melipat ke dalam)
kulit payudara terutama di daerah pentil berubah yaitu agak kasar seperti kulit jeruk
rasa sakit yang menusuk atau berdenyut dalam payudara
Untuk mendeteksi dini kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan sendiri setiap bulan (5-7 hari setelah haid), untuk mengetahui apakah ada kelainan dari buah dada. Pemeriksaan lainnya adalah dengan mammografi (pemeriksaan dengan sinar X pada buah dada) dan biopsi (mengangkat jaringan kelanjar susu sedikit). Mammografi merupakan indikasi pemeriksaan pada wanita yang memiliki tanda-tanda atau gejala kanker payudara. Namun cara ini kurang praktis dan biayanya relatif mahal, dan tidak dianjurkan untuk usia 30 tahun ke bawah.
Beberapa langkah pencegahan agar tidak terkena kanker payudara antara lain :
hindari terlampau banyak mengkonsumsi makanan berlemak, seperti junk food
hindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis-jenis radiasi lainnya.
Banyak mengkonsumsi buah dan sayuran segar, kedelai serta produk olahannya seperti tempe,tahu, dan susu kedelai.
Melakukan pemeriksaan sendiri pada payudara setiap bulan.
Salah satu cara alami untuk mengatasi kanker payudara adalah dengan terapi tanaman obat. Tanaman obat yang berkhasiat untuk mengatasi kanker mempunyak efek antineoplastik, antiradang, membersihkan dan menetralisir racun, meningkatkan imunitas/daya tahan tubuh, melancarkan sirkulasi darah, dan juga meredakan rasa sakit (analgetik).
Penanganan kanker dengan terapi tanaman obat biasanya digunakan lebih dari satu jenis tanaman, agar menimbulkan dampak yang positif dan saling mendukung sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Terapi dengan tanaman obat juga harus diikuti dengan pengaturan diet dan nutrisi yang seimbang. Beberapa makanan yang dilarang untuk penderita kanker payudara diantaranya adalah : makanan yang diawetkan, ikan asin, terasi, MSG/vetsin, durian, nangka, daging berlemak, rokok, minuman alkohol.
Cara alamiah yang dapat digunakan untuk penanganan tumor payudara yaitu :
#.60 gram temu putih + 60 gram jombang kering + 30 gram sambiloto kering, direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc, disaring, airnya diminum 2 kali sehari.

#.60 gram rumput lidah ular atau rumput mutiara kering + 60 gram tumbuhan leunca kering + 200 gram gadung china, direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 1000 cc air dengan api kecil hingga tersisa 400 cc, disaring, airnya diminum 2 kali sehari.

#.5 gram daging buah mahkota dewa kering + 50 gram temu mangga + 50 gram umbi keladi tikus, direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 200 cc, disaring, airnya diminum. Lakukan 2 kali sehari.
Catatan :
untuk perebusan gunakan periuk tanah atau panci enamel
rumput lidah ular dapat dibeli di toko obat tionghoa dengan nama Bae hua she she cao, dan jombang dengan nama Pu gong yin
pilih salah satu resep, lakukan secara teratur dan tetap konsultasi ke dokter.
Untuk membantu proses pengobatan, minum jus wortel dan jus kiwi, setiap hari.

lumayan bisa bikin senyum

eits g'usah stress dengan urusan kuliah atau sama urusan kerja...bikin enjoy aja cuy...
nech beberapa foto yang mungkin bisa bikin anda senyum atau bisa buat obat stresssss....biar makin stresssss hahahaha











Relief Misterius di Kaki Borobudur

Siapa tak terpesona menatap keindahan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah?
Dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra pada tahun 824, Borobudur terdiri dari 1460 panel relief dan 504 stupa. Namun, panel yang selama ini terlihat ternyata belum lengkap. Ada panel-panel yang sengaja ditimbun tanah karena reliefnya dianggap vulgar dan cabul. Panel-panel itu terletak di bagian paling bawah, yang disebut Kamadhatu.
Bagian fondasi tersembunyi itu terdiri dari 160 relief adegan Sutra Karmawibhangga atau hukum sebab-akibat. Panel-panel itu menggambarkan perbuatan yang mengikuti hawa nafsu manusia, semisal: bergosip, membunuh, menyiksa dan memerkosa. Juga ada adegan-adegan seks dalam berbagai posisi.
Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Indonesia, Edi Sedyawati mengemukakan, relief Karmawibhangga itu menggambarkan kehidupan masyarakat saat candi itu dibangun.
Ada sejumlah pendapat mengapa relief ini ditimbun. Bisa jadi karena kurang pantas dipertontonkan ke publik, tapi ada pula yang menduga penutupan ini semata-mata demi kestabilan posisi candi — agar tidak amblas.
Terlepas dari perdebatan itu, keseluruhan relief di Borobudur mencerminkan ajaran Budha Mahayana: semakin ke atas semakin mencapai kesempurnaan. Bagian paling bawah atau Kamadhatu menggambarkan perilaku penuh angkara murka dan hawa nafsu yang menyebabkan seseorang masuk neraka jahanam.
Bagian tengah (terdiri dari empat tingkat) dinamakan Rapadhatu, tempat manusia dibebaskan dari nafsu dan hal-hal duniawi. Sedangkan bagian teratas — termasuk tiga teras melingkar yang mengarah ke pusat kubah—disebut Arupadhatu, tempat para dewa bersemayam atau nirwana.
Keberadaan Borobudur sesungguhnya telah diketahui penduduk lokal di abad ke-18. Sempat tertimbun material Gunung Merapi, candi ini lalu ditemukan kembali oleh Sir Stanford Raffles pada 1814. Selanjutnya, pada 1885, arkeolog JW Yzerman mendokumentasi dan merekam reliefnya. Saat itulah, timnya menemukan relief tersembunyi di bagian paling bawah.
Sekitar tahun 1890-1891, bagian yang tertutup itu dibuka seluruhnya oleh fotografer Kasiyan Chepas untuk dipotret satu per satu. Batu bervolume 13000 meter kubik ini diangkat, lalu dikembalikan lagi ke posisi semula.  Hingga hari ini, bagian itu ditimbun tanah sehingga tak seorangpun bisa melihat. Ada tiga panel di bagian tenggara candi yang terbuka--diduga karena proses penutupan kembali yang tak sempurna.
Hasil bidikan Chepas kemudian dibukukan pada 1931. Buku aslinya kini ada di Museum Nasional, Jakarta. Sedangkan klise asli disimpan di Museum Tropen, Amsterdam karena statusnya milik Pemerintah Belanda. Pemerintah Indonesia memiliki replika seluruh foto itu.

Minggu, 01 Mei 2011

Tahukah Anda Mengenai Agama dan Kepercayaan Asli Indonesia (Bukan yang Impor)???

Baru-baru ini banyak kalangan yang heboh masalah NII, tapi penyelesaian yang sekiranya baik untuk tidak terlalu mendeskriminasi  salah satu golongan sepertinya blelum jg da. tapi udahlah g'usah bingung ngurusi yang gitu-gituan, lebih baik kita sharing pengetahuan tentang agama-agama asli nusantara untuk lebih mengenal kekayaan budaya kita...betul gak.....??? ok lgsung ke TKP
Agama Asli Nusantara adalah agama-agama tradisional yang telah ada sebelum agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu masuk ke Indonesia.

Mungkin banyak di kalangan masyarakat Indonesia sudah tidak lagi mengetahui bahwa sebelum agama-agama "resmi" (agama yang diakui); Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Buddha, kemudian kini Konghucu, masuk ke Nusantara atau Indonesia, di setiap daerah telah ada agama-agama atau kepercayaan asli, seperti:
  • Sunda Wiwitan yang dipeluk oleh masyarakat Sunda di Kanekes, Lebak, Banten
  • Sunda Wiwitan aliran Madrais, juga dikenal sebagai agama Cigugur (dan ada beberapa penamaan lain) di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat
  • Buhun di Jawa Barat
  • Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa Timur
  • Parmalim, agama asli Batak
  • Kaharingan di Kalimantan
  • Tonaas Walian di Minahasa, Sulawesi Utara
  • Tolottang di Sulawesi Selatan
  • Wetu Telu di Lombok
  • Naurus di Pulau Seram di Propinsi Maluku

Didalam Negara Republik Indonesia, agama-agama asli Nusantara tersebut didegradasi sebagai ajaran animisme, penyembah berhala / batu atau hanya sebagai aliran kepercayaan.

Hingga kini, tak satu pun agama-agama dan kepercayaan asli Nusantara yang diakui di Republik Indonesia sebagai agama dengan hak-hak untuk dicantumkan di KTP, Akta Kelahiran, pencatatan perkawinan di Kantor Catatan Sipil, dsb.

Seiring dengan berjalannya waktu dan jaman, Agama Asli Nusantara semakin punah dan menghilang, kalaupun ada yang menganutnya, biasanya berada didaerah pedalaman seperti contohnya pedalaman Sumatera dan pedalaman Irian Jaya.

Di Indonesia, aliran kepercayaan yang paling banyak penganutnya adalah Agama Buhun. Data yang terekam oleh peneliti Abdul Rozak, penulis Teologi Kebatinan Sunda, menunjukkan jumlah pemeluk agama ini 100 ribu orang.

Jika angka ini benar, Agama Buhun jelas salah satu aliran kepercayaan terbesar di Indonesia, yaitu 25 persen dari seluruh penghayat aliran kepercayaan. Data Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2003 mengungkapkan, dari 245 aliran kepercayaan yang terdaftar, sementara keseluruhan penghayat mencapai 400 ribu jiwa lebih.

Tetapi agama asli Indonesia yang paling terkenal adalah Kejawen.

Kejawen (bahasa Jawa Kejawèn) adalah sebuah kepercayaan atau mungkin boleh dikatakan agama yang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku-bangsa lainnya yang menetap di Jawa.

Penamaan "Kejawen" bersifat umum, biasanya karena bahasa pengantar ibadahnya menggunakan bahasa Jawa. Dalam konteks umum, Kejawen merupakan bagian dari agama lokal Indonesia.

Seorang ahli antropologi Amerika Serikat, Clifford Geertz pernah menulis tentang agama ini dalam bukunya yang ternama The Religion of Java. Olehnya Kejawen disebut "Agami Jawi".

Penganut ajaran Kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya sebagai agama dalam pengertian seperti agama monoteistik, seperti Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan "ibadah").

Ajaran Kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang ketat, dan menekankan pada konsep "keseimbangan". Dalam pandangan demikian, Kejawen memiliki kemiripan dengan Konfusianisme atau Taoisme, namun tidak sama pada ajaran-ajarannya. Hampir tidak ada kegiatan perluasan ajaran (misi) namun pembinaan dilakukan secara rutin.

Simbol-simbol "laku" biasanya melibatkan benda-benda yang diambil dari tradisi yang dianggap asli Jawa, seperti keris, wayang, pembacaan mantera, penggunaan bunga-bunga tertentu yang memiliki arti simbolik, dan sebagainya. Akibatnya banyak orang (termasuk penghayat Kejawen sendiri) yang dengan mudah mengasosiasikan Kejawen dengan praktek klenik dan perdukunan.

Ajaran-ajaran Kejawen bervariasi, dan sejumlah aliran dapat mengadopsi ajaran agama pendatang, baik Hindu, Buddha, Islam, maupun Kristen.

Gejala sinkretisme ini sendiri dipandang bukan sesuatu yang aneh karena dianggap memperkaya cara pandang terhadap tantangan perubahan zaman.

Terdapat ratusan aliran Kejawen dengan penekanan ajaran yang berbeda-beda. Beberapa jelas-jelas sinkretik, yang lainnya bersifat reaktif terhadap ajaran agama tertentu. Namun biasanya ajaran yang banyak anggotanya lebih menekankan pada cara mencapai keseimbangan hidup dan tidak melarang anggotanya mempraktekkan ajaran agama (lain) tertentu.

Beberapa aliran dengan anggota besar
  • Sumarah
  • Susila-Budi-Dharma (Subud)
  • Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu)
  • Sapta Dharma

Aliran yang bersifat reaktif misalnya aliran yang mengikuti ajaran Sabdopalon, penghayat ajaran Syekh Siti Jenar (juga bersifat sinkretik), dan ajaran Samin (yang menentang kapitalisme dan kolonialisme melalui cara spiritual dan perubahan tingkah laku).